Bicara Pengaruh Kearifan Lokal untuk Bumi Berkelanjutan dalam Indonesian Women's Forum 2023

Indonesian Women's Forum 2023, IWF 2023 17 December 2023

Di antara hiruk-pikuk aktivitas manusia, terdapat perempuan-perempuan yang memiliki cara sederhana, yang mengandalkan hubungan harmonis dengan alam sebagai kearifan lokal untuk menjaga kelestarian lingkungan.  Gelaran Konferensi “Aksi Nyata untuk Bumi” dalam Indonesian Women's Forum (IWF) 2023 pada hari kedua, 14 Desember 2023, menghadirkan panel bertajuk “Perempuan Penjaga Bumi”.

Panel ini menghadirkan narasumber yang mewakili peran penting perempuan dalam menjaga kelestarian lingkungan. Para perempuan ini tidak hanya memanfaatkan ruang hidupnya dengan alam, tetapi juga mengintegrasikan prinsip dan gaya hidup yang mengedepankan keberlanjutan, sebuah nilai tak ternilai dalam menjaga kelestarian lingkungan bumi.



Asri Welas, public figure sekaligus Duta WWF Indonesia


Menjaga Sesuai Adat dan Tradisi

DR. Dolvina Damaus,DR, seorang tokoh adat perempuan dan Ketua Komisi 1 DPRD Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, menyuarakan kearifan lokal Suku Dayak yang telah diterapkan secara turun temurun dalam menjaga lingkungan alam, yaitu berladang. Hampir semua perempuan Dayak dari seluruh tingkat masyarakat pernah ikut berladang, dilakukan untuk mereka untuk memenuhi kebutuhan sosial, ekonomi, spiritual, bahkan kebutuhan adat.

“Dalam berladang, kami tidak meninggalkan begitu saja setelah selesai memanen. Justru, kami bergotong royong menjaga kelestarian setiap jengkal tanah supaya dapat terus digunakan. Kami bergantian mengerjakan ladang, saling bertukar dan menanam bibit tanaman supaya tetap terjaga kelestariannya,” tutur Dolvina.

Ada juga budaya nirlati, yaitu setiap perempuan Dayak pergi berladang, mereka mengajak bicara tanaman-tanaman yang mereka pelihara. Hal ini karena mereka yakin setiap tumbuhan juga memiliki roh atau jiwa.

“Perempuan Dayak yakin, kalau kita memelihara alam, menyayangi alam, bumi akan memberikan hasil yang terbaik juga untuk kita,” tambah Dolvina.

Belajar dari kearifan lokal diterapkan pula oleh Dewi Lestari Yani RizkiChief Conversation Officer, Yayasan WWF Indonesia. Dalam menjalankan programnya, WWF melihat apa saja adat dan kebiasaan perempuan setempat yang berdampingan dengan alam. Kemudian, WWF merangkulnya menjadi sebuah program pendampingan untuk memberikan manfaat lebih kepada masyarakat lokal.

Contohnya, cerita Dewi, WWF melihat perempuan-perempuan Papua terampil mengelola sagu yang merupakan bahan makanan pokok mereka. Lalu, dengan program pendampingan WWF, mereka dilatih membuat kerupuk sagu yang akan dijual guna menambah penghasilan mereka. Dengan pemanfaatan bahan-bahan dari alam, manusia akan senantiasa menjaga keanekaragaman hayati supaya dapat terus berguna bagi seluruh aspek kehidupan.



DR. Dolvina Damus, tokoh adat perempuan dan Ketua Komisi 1 DPRD Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara



Dari Tumpukan Sampah

Berbicara mengenai kelestarian bumi tidak pernah lepas dari isu tentang sampah. Mengelola sampah supaya tidak membahayakan bumi dapat dimulai dari lingkup terkecil masyarakat, yaitu rumah tangga. Hal ini yang menggerakkan Sulistyowati , pengurus Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Mutiara Bogor Raya, Kota Bogor, Jawa Barat, untuk terlibat dalam upaya pengelolaan sampah.

Kepada warga setempat, Sulistyowati menggerakkan warga untuk memilah-milah setiap sampah yang dihasilkan dalam rumah tangga mereka. Terlihat sepele, padahal sosialisasi gerakan memilah sampah tersebut sering terkendala warga yang masih enggan memisahkan antara sampah organik dan anorganik atau malas mengantarkan sampah ke tempat sampah setempat.

“Akhirnya, kami berstrategi dengan, misalnya, menjemput sampah-sampah mereka. Juga, sampah-sampah anorganik yang telah dipisah, kami berikan rewards berupa penukaran dengan barang kebutuhan rumah tangga, dari sembako hingga bahan bangunan,” kata Sulistyowati.

Modal pengadaan sembako sendiri berasal dari pengolahan sampah yang ada. Sampah-sampah organik dijadikan pupuk organik untuk perkebunan tanaman obat atau bumbu-bumbu dapur. Dapat juga, menjadi pakan ternak. Hasil dari perkebunan dan peternakan tadi yang menjadi rewards kepada masyarakat yang telah rajin memilah.

Mengolah sampah dilakukan pula oleh Asri Welas, public figure sekaligus Duta WWF Indonesia. Asri mengaku bukan tipe yang selalu membuang baju, hingga pada akhirnya banyak baju yang tidak bisa terpakai lagi dan menjadi sampah tekstil.  

“Dari sampah tekstil tersebut, saya daur ulang menjadi bahan baku tekstil berupa benang-benang baru, yang kemudian dipintal atau ditenun kembali menjadi bahan tekstil baru,” jelas Asri yang sedang menyiapkan terobosan di bidang mode yang akan diluncurkan di tahun 2024 menggunakan tekstil daur ulang tersebut.