Kesadaran untuk Memulai Hidup Secukupnya

Indonesian Women's Forum 2023, IWF 2023 17 December 2023

Berdasarkan pengalaman, kebiasaan hidup secukupnya bisa dimulai dari rumah. Ukke R. Kosasih (Praktisi slow living di Kabin Kebun), Wida Winarno (Co-Founder Indonesian Tempe Movement), Cempaka Asriani (Co-Founder SARE studio), dan Andien (Musisi, Co-Founder & Adviser Setali Indonesia) berbagi tentang hal-hal yang membuat manusia bisa hidup secukupnya pada sesi konferensi di hari kedua (Kamis, 14 Desember 2023) Indonesian Women’s Forum 2023 yang berlangsung di The Hall, Senayan City, Jakarta Selatan.

Ukke R. Kosasih bersama keluarganya memutuskan untuk pindah dari Bintaro ke Bandung Barat untuk berkebun di Kabin Kebun. Mereka yakin untuk pindah setelah 4 tahun berproses dan menemukan alasan yang kuat untuk merasa cukup. Pada awalnya, yang perlu dipahami adalah mengapa kita ingin melakukan hal ini dan apa yang mau kita raih dalam kehidupan ini. Akhirnya, Ukke menyadari bahwa hidup sejahtera adalah kehidupan yang lebih ramah terhadap lingkungan.

Di lahan seluas 1500 m², Ukke bersama suami dan anaknya menjalani slow living. “Yang namanya slow living itu berbeda dengan bermalas-malasan,” kata Ukke. Slow living berarti menyadari apa yang kita akan lakukan. Bagi sebagian orang, gaya hidup slow living sepertinya ribet, tetapi setelah dijalani ternyata menyenangkan. Bicara tentang slow living, pasti kita mengaitkannya dengan ramah lingkungan dan sustainability. Bagi Ukke, sustainability memiliki kaitan yang erat dengan melakukan pemeliharaan dan kebanyakan hal itu dilakukan oleh para perempuan. 

Wida Winarno memperkenalkan inovasi pembuatan tempe yang ramah lingkungan, melalui Indonesian Tempe Movement (ITM). Pada saat ITM didirikan, banyak orang merasa sulit membayangkan apa yang ingin Wida lakukan dengan tempe. Melalui gerakan ini, Wida ingin mengajak orang-orang untuk menjadi lebih sadar dengan apa yang kita makan. Contohnya, daging sapi menjadi salah satu penghasil carbon footprint terbesar. Sementara itu, untuk mendapatkan jumlah protein yang sama dengan daging sapi, tempe ternyata 22 kali lebih efisien. 

“Ketika membicarakan sustainability dan diet, akhirnya kita ingin makanan yang tidak hanya sekadar enak di mulut,” kata Wida. Dengan adanya kesadaran akan isu berkelanjutan, kita juga akan merasa lebih nyaman setelah mengonsumsi apapun. Untuk itu, penting untuk makan secukupnya dan membeli makanan yang ada di dekat kita atau di sekitar kita. Dengan melakukan hal ini, secara tidak langsung kita bisa mendukung petani lokal.
 

Sebagai orang yang bekerja di bidang fashion, Cempaka Asriani merasakan keresahan terkait tanggung jawab terhadap konsumsi produk fashion. Dari keresahan ini, ia mempelajari lebih lanjut tentang konsep cost per use. “Salah satu langkah untuk mengonsumsi produk fashion dengan lebih sadar adalah dengan melihat cost per use,” kata Cempaka. Dengan memahami konsep ini, kita akan berpikir berkali-kali sebelum membeli sesuatu dan tidak langsung check out atau menuju ke kasir. Tanyakan kepada diri sendiri apakah kita benar-benar membutuhkan baju itu dan seberapa sering kita bisa memakainya. 

Cempaka menyadari bahwa untuk mengurangi konsumsi fashion itu tidak mudah dilakukan. Namun, konsep konsumsi berkesadaran perlu diterapkan sedikit demi sedikit. Tidak apa-apa jika kita belum sempurna dalam merasa cukup, karena ini merupakan tantangan bagi pola pikir dan perilaku kita. 




Sama halnya dengan Cempaka, Andien juga menyadari bahwa limbah fashion menduduki peringkat di dunia sebagai salah limbah terbanyak. Akhirnya sekitar lima tahun yang lalu, Andien membuat social enterprise Setali Indonesia yang bergerak di bidang fashion sustainability. Misi utamanya adalah menyuarakan bagaimana kita punya kontribusi besar untuk memiliki kesadaran dalam hal fashion. Dengan adanya kesadaran, selanjutnya kita bisa menerapkan konsep secukupnya dalam mengonsumsi produk fashion.

Menurut Andien, konsep secukupnya bagi semua orang memang sangat subjektif. Namun, apapun yang kita bisa perbuat dengan langkah kecil akan mendatangkan dampak yang besar. “Yang membuat manusia tidak bisa hidup secukupnya adalah gengsi,” kata Andien menekankan tentang kesadaran gaya hidup secukupnya. (f)