Menyelami Aroma dan Sejarah Rempah Indonesia di Indonesian Women’s Forum 2023
Di tengah kemeriahan Pasar Lestari pada Indonesian Women’s Forum (IWF) 2023, hadir kelas mini yang membawa nuansa harum dan cita rasa menggoda, yaitu “Spice Sensory Class”. Tema ini mampu mencuri perhatian, peserta hadir untuk merasakan pengalaman sensori yang unik dan penuh pengetahuan tentang rempah-rempah.
Kelas yang berlangsung pada tanggal 13 Desember 2023 lalu ini menghadirkan Dr. Sari Wulandari dari Negeri Rempah Foundation yang menghadirkan pengenalan mendalam tentang rempah. Dia membawa peserta pada perjalanan dan asal-usul rempah dari berbagai belahan dunia, sejarah penggunaannya, dan peran penting rempah dalam kehidupan.
Sari menyebutkan bahwa Nusantara ini adalah simpul penting penting perhelatan budaya yang mempertemukan berbagai ide dan adat kebiasaan, termasuk aneka rempah. “Rempah-rempah di dunia banyak berasal dari Indonesia karena banyak juga tanaman rempah yang merupakan endemik asli Indonesia. Rempah asli Indonesia antara lain cengkeh, pala, lada, kapur barus, juga kemenyan,” jelas Sari.
Ya, kemenyan adalah salah satu jenis rempah karena memiliki sifat disinfektan. Kapur barus pun berasal dari Indonesia sehingga, menurut Sari, pernah ada penelitian yang menemukan bahwa balsem untuk membuat mumi di Mesir berasal dari Pulau Sumatra.
Alat Budaya
Selanjutnya, Sari menceritakan tentang Negeri Rempah Foundation yang merupakan organisasi nonprofit yang membantu mengenalkan dan melestarikan rempah-rempah Indonesia. Berawal dari perkumpulan melalui WA group, para anggota grup tersebut pun muncul banyak ide, salah satunya membentuk komunitas, juga ada yang langsung mengusulkan yayasan.
Aktivitas Negeri Rempah dari mulai mengikuti acara konferensi tingkat internasional hingga melakukan diplomasi budaya melalui rempah ke beberapa negara. Negeri Rempah saat ini tengah mengajukan Indonesia menjadi “Jalur Rempah” ke UNESCO. Advokasi rempah tersebut mendapat dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) RI.
“Pengajuan tersebut atas kesadaran kita sendiri melihat potensi besar dari rempah-rempah Indonesia yang telah eksis selama berabad-abad dan membantu membangun kebudayaan dan peradaban. Jadi, rempah tidak hanya di dapur, tapi bisa juga jadi alat kebudayaan,” cerita Sari.
Menebak dan Menambah Wawasan
Tidak lengkap belajar mengenai rempah tanpa melihat sendiri bentuk rempah-rempahnya. Selanjutnya, Sari mengenalkan jenis rempah-rempah yang telah disediakan di atas meja kepada peserta. Suasana menjadi semakin menarik ketika Sari awalnya meminta peserta menebak jenis-jenis rempah yang ada di atas meja.
Peserta pun dengan semangat memberikan jawaban jenis rempah secara berurutan, “Lengkuas, kunyit, jahe merah, jahe gajah, kencur, temulawak, cengkeh, bunga lawang, kemiri, pala, sereh, vanili, kayu manis, andaliman, lada jawa, lada hitam, dan kapulaga.” Kemudian, di tengah meja, ada bunga kecombrang dan biang kunyit.
Dari sini, peserta dapat bertanya kepada Sari mengenai rempah-rempah serta melihat dan memegang langsung bagaimana rempah-rempah yang berbeda memiliki karakteristik yang unik. Wawasan peserta bertambah karena Sari menjelaskan bahwa rempah-rempah dapat memberikan dimensi baru pada masakan. Seperti, masakan khas dari Pulau Sumatera, biasanya memiliki aroma dan tingkat kepedasan lebih kuat daripada masakan khas Pulau Jawa.
Selain aspek sensorik dan kuliner, Sari juga menyelipkan informasi mengenai manfaat kesehatan dari rempah-rempah tersebut. Dia menjelaskan bagaimana penggunaan rempah dalam masakan tidak hanya untuk menciptakan rasa yang lezat, tapi juga memberikan kontribusi dalam kesehatan tubuh. Pasalnya, rempah juga memiliki kandungan antiradang dan antiseptik alami.
Kelas "Spice Sensory Class" pada akhirnya bukan hanya tentang masakan, tapi juga cara mendalami pengetahuan, menghargai sejarah, dan memahami kekayaan bumi yang beragam. Kehadiran workshop ini di IWF 2023 menjadi kesempatan perempuan Indonesia untuk menjelajahi dan menghormati kekayaan rempah-rempah, memperkaya pengalaman dalam dunia kuliner, sekaligus menghargai warisan budaya yang tidak ternilai.(f)