
Bidik Pasar Gen Z, Pengusaha Wajib Berstrategi
Jika usaha Anda bermain di segmen anak-anak muda
generasi Z, Anda perlu memahami karakteristik mereka yang unik. Tujuannya, agar
Anda dapat menyusun strategi marketing yang tepat sasaran.
Gen Z atau generasi yang lahir dalam rentang tahun 1997 hingga 2012, merupakan
pangsa pasar potensial untuk digarap para pelaku usaha. Berdasarkan hasil
sensus penduduk tahun 2020, populasi gen Z di Indonesia mendominasi komposisi
penduduk saat ini, dengan total 74,93 juta orang atau 27,94 persen dari
keseluruhan penduduk Indonesia. (Sumber: databoks.katadata.co.id)
Gen Z juga disebut-sebut mewakili pasar konsumen terbesar dalam skala global
dengan angka presentasi sekitar 65 persen. Angka ini bahkan melampaui generasi
milenial.
Gen Z memiliki perilaku, minat, dan pola pikir yang berbeda dengan generasi
pendahulunya, sehingga ketika berbicara tentang strategi marketing yang
membidik mereka, pengusaha perlu melakukan pendekatan yang berbeda pula.
Berikut tip memenangkan pasar gen z dari tiga pengusaha muda: Dian
Fiano (co-founder brand lokal jeans Jiniso), Lizzie
Parra (founder dan CMO BLP Beauty), dan Sylvia
Surya (founder Kopi Soe) yang diungkapkan dalam sesi
konferensi "Generasi Z Punya Cerita" pada acara DBS
Treasures Indonesia Womenpreneur Conference 2023 yang berlangsung
Selasa (11/7/2023), di Multifunction Hall, Plaza Indonesia.
Kiri ke kanan: Lizzie Parra dan Sylvia Surya. Foto:
Muhammad Zaki
Siapkan Tim yang Relevan dengan Pasar
Untuk mengembangkan produk dan strategi marketing yang tepat sasaran bagi gen Z, ketiga pengusaha perempuan muda tersebut memiliki kesamaan dalam hal strategi, yakni merekrut tim dari kalangan generasi Z. Hal ini akan memudahkan pengusaha untuk mendapat gambaran data-data seputar gen Z sehingga memudahkan dalam brainstorming.
"Yang memang harus kita siapkan adalah tim yang relevan. Karena berhadapan dengan pembeli gen Z, kita juga harus siapkan tim yang lebih muda, yaitu kumpulan-kumpulan gen Z juga, dimana mereka mengerti misalnya dalam membuat konten (marketing) maunya apa dan harus bagaimana," ujar Sylvia.
Sejalan dengan Sylvia, Lizzie menambahkan bahwa 60 persen tim di perusahaannya juga dari kalangan gen Z.
"60 persen gen Z dan 40 persen milenial. Karena mereka
yang menduduki manajerial level. Dan gen Z itu suka berubah-ubah, tiba-tiba
butuh healing. Makanya kita juga butuh generasi yang lebih stabil, tidak kutu
loncat, dan lebih berpengalaman," ujar Lizzie.
Berani Berinovasi
Bagi brand-brand yang sudah established, perlu berstrategi menggaet pasar gen Z. Tak harus melakukan re-branding dengan mengganti merek, namun tetap berinovasi. Sylvia mencontohkan, satu studi kasus di mana ada merek kuliner yang telah berdiri sejak lama, namun tiba-tiba muncul dengan kemasan dan cara pendekatan yang baru.
"Cara-cara seperti itulah yang perlu kita cari tahu.
Apa sih yang gen Z itu mau yang akhirnya bikin heboh di media sosial,"
ujar Sylvia.
Strategi Komunikasi Digital yang Sesuai
Menurut survei, 99 persen generasi Z menjadikan ponsel pintar sebagai bagian dari gaya hidup. Mereka mengakses segala informasi melalui internet. Hal tersebut bisa dimanfaatkan oleh pebisnis untuk membangun strategi marketing melalui media sosial, tentunya disesuaikan dengan selera yang relevan dengan gen Z.
Misalnya, seperti dikatakan Lizzie, gen Z menyukai gaya
bahasa yang fun dan muda. "Butuh komunikasi yang lebih young aja, sih,
sebenarnya," ujar Lizzie yang juga berpendapat bahwa gen Z menyukai
cara-cara marketing yang lebih seru.
Kolaborasi dengan Agensi Kreatif
Jika merasa tidak tahu harus mulai dari mana strategi
menggaet pasar gen Z, pebisnis dapat mempertimbangkan menggunakan jasa agensi
kreatif. Agensi kreatif umumnya akan memberikan penawaran berupa paket
re-branding sekaligus strategi-strategi pengembangan usaha sesuai dengan
kebutuhan pengusaha. Namun perlu telaten dalam memilih agensi kreatif yang
cocok dan mengerti visi misi pengusaha. "Harus pitching banyak creative
agency dulu sampai ketemu yang DNA-nya cocok sama brand kita," kata Dian.
Pertimbangkan Faktor 'Pengaruh Teman'
Generasi Z disebut sebagai generasi yang mudah terpengaruh oleh teman atau orang-orang dalam lingkup pergaulannya. Beberapa tahun ke belakang, strategi marketing dengan menggaet influencer dengan jumlah pengikut besar di media sosial dinilai efektif oleh brand.
Akan tetapi tren berubah dan jika berbicara tentang gen Z,
keputusan mereka dalam pembelian suatu produk kerap dipengaruhi oleh teman,
maupun micro-influencer dengan kisah atau kemampuan storytelling yang relevan
dengan dirinya. (f)
Khalifa Moon (Kontributor)