Jangan Takut 'Main' di Harga Mahal, Begini Tipnya

Indonesia Womenprenuer Conference, IWC 2023 21 July 2023

Pertanyaannya kemudian, bagaimana cara menjual produk dengan harga premium dan tetap laku di pasaran?

Jika Anda memiliki pertanyaan serupa, kisah dari beberapa pengusaha berikut ini mungkin dapat menjadi contoh. Mereka sengaja diundang oleh Femina Media bersama DBS Treasures untuk menjadi pembicara di acara DBS Treasures Indonesia Womenpreneur Conference (IWC) 2023 pada Selasa - Rabu, 11-12 Juli 2023 di Plaza Indonesia, Jakarta.

 

 Anne Natalie, founder brand tas kulit mewah Jetalla'Aneiu. Foto: Muhammad Zaki

 

Tawarkan Sisi Personal

Anda mungkin tak asing lagi dengan gagasan marketing dimana mengkategorikan alasan konsumen membeli produk. Pertama, karena menginginkan fungsi barangnya, kedua karena nilai emosional barangnya.

Jika ingin bermain di kelas premium, pebisnis perlu memerhatikan poin kedua seperti yang dilakukan oleh brand tas kulit mewah asal Bandung, Jetalla'Aneiu. Merek artisan premium ini didirikan oleh pasangan suami istri Anne Natalie dan Paulus Sulaeman pada tahun 2014.

Sebagai founder, Anne mengaku bahwa daftar pemesanan tas Jetalla'Aneiu sudah penuh hingga 2025 mendatang. Perempuan 39 tahun ini juga berbagi kisah bisnisnya bisa berkembang di kelas high-end.

"Produk kita dibuat berdasarkan pesanan, sehingga personality yang punya benar-benar tergambar di tas ini," ujar Anne.

"Misalnya, klien ingin warna biru. Kita akan tanya, mau biru yang seperti apa. Kita tunjukkan kita punya pilihan warna biru dengan jenis kulit yang ini dan ini. Jadi kita punya banyak sekali pertanyaan kepada klien sehingga kita tahu karakter klien seperti apa," kata Anne yang telah mengikuti berbagai workshop pembuatan tas kulit, salah satunya bersama Peter Nitz (pencipta tas-tas mewah kelas dunia serta pengajar kerajinan produk kulit ternama asal Zurich, Swiss) juga melihat cara pembuatan tas Hermes dalam sebuah pameran di Singapura, demi memberikan produk yang terbaik.

Harga tas Jetalla'Aneiu berkisar di angka puluhan juta dengan beragam ukuran. Namun Anne memastikan produknya benar-benar berkualitas dengan memantau proses produksi hingga mendengarkan langsung permintaan klien.

 

Allyssa Hawadi, Co-founder & VP of Public Relations Buttonscarves Beauty. Foto: Muhammad Zaki

 

Quality is Power

Ada harga, ada kualitas. Prinsip ini tampaknya dipegang oleh merek kosmetik lokal Buttonscarves. Membidik pasar menengah ke atas, Co-founder & VP of Public Relations Buttonscarves Beauty, Allyssa Hawadi mengaku percaya diri pasang harga produk di angka Rp200 ribu ke atas, dimana angka ini bersaing dengan maraknya produk-produk lokal maupun impor dengan banderol yang lebih murah.

"Karena memang sejak awal kami tahu konsumen utama dari Buttonscarves secara umum adalah kelas menengah ke atas," ujar Allyssa.

"Kebetulan kami memang memiliki background di bidang fashion dan kecantikan. Dan founder kami, Linda adalah seorang make up artist, dia sangat fanatik dengan developing product kecantikan itu seperti apa, dan kami sangat percaya dengan kualitas karena kualitas itulah yang menjadi power," terang Allyssa.